“Saya Feni dan saya adalah Mitra CBN. Saya ingin berbagi kisah hidup saya sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara. Sejak kecil saya adalah anak yang paling tidak percaya diri dan selalu merasa tidak punya kemampuan apa-apa, dibandingkan kakak-kakak saya. Setelah lulus kuliah, saya bekerja selama lebih kurang 2 tahun, hingga akhirnya memutuskan untuk usaha sendiri karena penghasilan saya yang minim dibanding kakak-kakak saya yang memang berwiraswasta. Sambil mencari peluang usaha, saya membantu usaha kakak kedua saya di toko sepatu, dan dia menyarankan agar belajar mendalami usaha sepatu. Saya ikuti sarannya dan mencoba produksi sepatu kecil-kecilan, sampai punya penghasilan yang lumayan.
Pada tahun 2007, kakak kedua yang begitu menyayangi keluarga dipanggil Tuhan dalam sebuah kecelakaan. Kejadian duka ini begitu mengguncang keluarga dan saya sempat merasa tidak bisa hidup tanpa dia. Keluarga pun bingung mencari penerus untuk mengelola toko kakak saya, yang saat itu sudah mempunyai 4 toko. Setelah dibicarakan di dalam keluarga, akhirnya saya ditunjuk untuk mengelola karena dianggap paling mengerti bidang sepatu dibanding kakak-kakak yang selama ini tidak pernah berkecimpung di bidang tersebut. Saya bingung dan merasa tidak mampu memikul beban itu, sampai frustasi dan hanya berdoa pada Tuhan, ”Tuhan, saya tidak mampu menjalankan semuanya ini. Kau tahu saya tidak bisa apa-apa, tidak punya kemampuan apa-apa. Tuhan, saya harus bagaimana? Tolong saya Tuhan.” Saya hanya bisa menangis dan marah, “Mengapa Tuhan ambil kakak yang begitu baik, yang sangat mencintai saya?” Saya mulai mencoba dan berusaha menjalankan usaha ini dengan dukungan keluarga saya. Saya selalu berdoa supaya Tuhan memberi kekuatan dan hikmat di tengah ketidakmampuan saya.
Tuhan pun campur tangan dalam kehidupan saya. Tuhan nyatakan mukjizat dan kemuliaanNya dalam hidup saya. Dalam kelemahan dan ketidakmampuan saya, Tuhan nyatakan kuasaNya secara sempurna sehingga usaha kakak saya bisa berkembang. Saya tahu ini semua bukan karena kemampuan dan kekuatan saya, tapi semata-mata karena anugerah yang Tuhan nyatakan dalam hidup saya. Seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, bahwa Tuhan pakai orang yang bodoh untuk menyatakan kuasa dan kemuliaanNya secara sempurna. Saya menyaksikan semuanya itu. Tuhan memampukan saya menjalankan usaha tersebut, bahkan saya juga menjalankan usaha produksi yang saya rintis dari dulu.
Apa yang sebelumnya saya pikir tidak mungkin untuk saya lakukan, jadi dapat saya lakukan. Tuhan buat berbeda dari yang apa saya pikirkan, dan saya melihat Tuhan bertanggung jawab akan apa yang sudah Dia lakukan. Melalui kepergian kakak saya, Tuhan nyatakan banyak hal. Tuhan pulihkan hubungan saya yang tidak akur dengan papa, malah saya jadi sangat mencintainya dan sangat bersyukur Tuhan berikan papa dan mama yang sangat baik. Hubungan saya dengan kakak-kakak juga semakin harmonis dan saling mencintai satu dengan yang lain. Kami jadi lebih menghargai kebersamaan yang Tuhan anugerahkan pada kami. Saya kini bekerja untuk keluarga yang saya cintai dan hidup berarti untuk orang lain. Saya bersyukur karena dapat melihat rencana Tuhan yang indah dalam hidup saya.
Saya percaya, ketika kita menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan, Dia tidak pernah berhenti bekerja dalam hidup kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, walau menyakitkan, tapi Tuhan punya rencana sendiri untuk kebaikan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang bertanggung jawab atas apa yang diperbuatNya. Tuhan tidak membiarkan kita terpuruk dan berjalan sendiri, melainkan menuntun dan memampukan kita mengerjakan banyak hal. Walau banyak rintangan dan halangan menghadang di tengah jalan, tapi saya melihat secara nyata kalau Tuhan terus menerus menolong saya melewati semuanya itu. Kita mungkin tidak pernah akan mengerti apa rencana Tuhan dalam hidup kita, tapi kita dapat melihat pada akhirnya kalau Tuhan sudah merencanakan kebaikan bagi kita. Terpujilah Nama Tuhan Yesus, Allah kita!”
Sumber : Data Mitra CBN - 2011